Memaafkan: Ibadah Agung yang Sering Terabaikan
Dalam kehidupan ini, tidak ada yang luput dari kesalahan, baik disengaja maupun tidak. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari interaksi yang kadang menimbulkan luka atau kekecewaan. Di sinilah letak keagungan salah satu ibadah yang sering terabaikan: memaafkan. Memaafkan bukan hanya suatu kebaikan sosial antar manusia semata, tetapi juga merupakan ibadah yang agung dan dicintai oleh Allah.
Allah azza wa jalla berfirman mengenai sifat orang-orang yang bertakwa,
ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ فِی ٱلسَّرَّاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ وَٱلۡكَـٰظِمِینَ ٱلۡغَیۡظَ وَٱلۡعَافِینَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِینَ
"(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (Surah Āli-ʿImrān: 134)
Nabi Yusuf `alaihissalam: Teladan Pemaaf Sejati
Salah satu contoh sifat pemaaf yang paling menggetarkan hati adalah kisah Nabi Yusuf `alaihissalam. Setelah melalui berbagai ujian berat seperti dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya sendiri, terpisah jauh dari ayah dan keluarganya, dijual sebagai budak, dan dipenjara tanpa kesalahan, beliau tetap memilih untuk memaafkan. Ketika akhirnya Allah memuliakan Nabi Yusuf `alaihissalam dan mempertemukannya kembali dengan saudara-saudaranya, beliau tidak menuntut balas, melainkan berkata dengan penuh kelembutan:
"لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ"
"Tidak ada celaan atas kalian pada hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian."
(Surah Yusuf: 92)
Memaafkan Itu Tidak Mudah
Jika kita ditempatkan di posisi Nabi Yusuf `alaihissalam, mungkin kita tidak akan sanggup untuk memaafkan, karena luka sudah terlalu dalam dan tak akan terlupakan seumur hidup, ditambah lagi di saat itu beliau sebagai raja Mesir punya kuasa penuh untuk melakukan apa saja yang beliau kehendaki atas saudara-saudaranya yang telah menzaliminya sejak kecil. Dari sinilah kita dapat memahami bahwa memaafkan itu tidaklah mudah terlebih di saat kita mampu untuk membalas, oleh karena itu Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang mampu membalas kejahatan dengan setimpal namun lebih memilih untuk memaafkan, sebagaimana disebutkan dalam surah Asy-Syura ayat 40,
وَجَزَ ٰۤؤُا۟ سَیِّئَةࣲ سَیِّئَةࣱ مِّثۡلُهَاۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah."
Keutamaan Memaafkan
Dikutip dari فضائل العفو oleh Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, berikut adalah beberapa keutamaan dan fadhilah dari memaafkan,
- Memenuhi perintah Allah azza wa jalla
- Menghilangkan penyakit hati berupa kedengkian dan kebencian pada sesama
- Ketenangan jiwa dan ketentraman batin
- Memperoleh pahala besar dari Allah azza wa jalla
- Mencapai derajat yang tinggi di dunia maupun di akhirat kelak
- Menyebarkan rasa cinta serta mempererat persaudaraan diantara kaum muslimin
- Menjadi sarana yang akan mengantarkan dirinya masuk ke dalam surga
Penutup
Memaafkan memanglah tidak mudah, tapi jika kita ingat dan sadar bahwa memaafkan adalah ibadah yang agung di sisi Allah, besar pahalanya, dan memberikan dampak positif tidak hanya bagi orang yang kita maafkan tetapi juga bagi diri sendiri, maka akhlak mulia ini niscaya akan terasa lebih mudah untuk kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah Yang Maha Pemaaf terhadap para hamba-Nya memberi kita taufiq supaya kita pun senantiasa bersikap pemaaf antar sesama hamba-Nya.
Tentang Penulis

Dzaki Rasendriya Aslam
@Rasen